Buat Temans se - Profesi
Dunia Elektronika ini telah membimbing dan mengawalku sampai menjadi aku yang sekarang ini, pensiunan karyawan swasta yang punya keinginan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada siapapun yang tertarik.
Tidak "wuah", tapi lumayan bisa mengantarku keusia kepala enam dengan empat anak dan dua cucu dalam kondisi yang layak.

Friday, December 4, 2009

Cerita dari dunia servis elektronika

Montir dan sikring??
Suatu hari seorang Tehnisi mendatangi rumah seorang pelanggan yang televisinya rusak. Setelah sampai dirumah pelanggan segera saja pelanggan tersebut menyuruh masuk dan menunjukkan tempat televisinya yang rusak, sambil berkata: "Pak ini tv saya tiba2 saja mati, tidak bisa dihidupkan lagi, padahal lagi enak2 nonton acara kesayangan saya, coba saja dilihat paling2 juga cuma ada sikring yang putus atau sambungan yang kendor". Mungkin pelanggan ini pernah jadi montir barangkali, atau mungkin merasa perlu memberitahukan bahwa dirinya tahu sesuatu supaya tidak dibohongi oleh Tehnisi. Tapi karena ucapan pelanggan tersebut, si tehnisi merasa ilmu yang didapatnya selama bertahun-tahun dengan segala suka dan dukanya, diremehkan oleh pelanggan ini, seolah-olah kerja montir itu tidak memerlukan ilmu atau pengalaman.
Si Tehnisi diam sejenak mendengar ucapan pelanggan tersebut, lalu dia membuka tempat perlalatan dan suku cadangnya, dan mengeluarkan obeng serta sebuah sikring. Obeng dan sikring kemudian diserahkan kepada pelanggan tersebut sambil berkata : "Pak karena bapak sudah tahu penyakitnya.... ini silahkan bapak kerjakan saja sendiri, supaya biayanya murah".

5 comments:

  1. Yah...semua ini terjadi karena ulah teknisi yang berpikiran nakal dan mencari keuntungan dari ketidak tahuan konsumen

    Jadi di masyarakat berkembang jangan percaya sama teknisi karena tukang "getok"

    Akibatnya saat ini profesi teknisi kurang di hargai dan tidak mendapat kepercaayan di masyarakat

    ReplyDelete
  2. Sebenarnya bukan oknum teknisi aja yang tukang getok, profesi lain juga sering melakukan itu.
    Pilihan sebenarnya ada pada konsumen, mau service sendiri atau minta bantuan teknisi...

    ReplyDelete
  3. Mungkin dua2nya benar ya, memang kondisinya begitu dari sisi pelanggan juga kurang mendapatkan info bahwa untuk menjadi tehnisi itu perlu pendidikan dan pengalaman sehingga profesi tehnisi/montir kurang dihargai(tercermin dari tarif jasa reparasi), sementara tehnisi/montir juga sering mencari jalan pintas mendapatkan keuntungan se-banyak2nya....untuk ini kelihatannya standarisasi sertifikasi bisa jadi solusi

    ReplyDelete
  4. Ini Fenomena yang terjadi di Indonesia, sektor jasa perorangan yang kebanyakan tidak termanage dengan benar, Hal ini disebabkan oleh beberapa teknisi yang memiliki ilmu dengan dasar pengalaman dan cuma belajar dari sering melihat lihat teknisi senior bekerja.
    Memang pada dasarnya kebanyakn kerusakan elektronik hanya seputar itu itu saja, sehingga, teknisi tanpa ilmu dasar ini dapat dengan cepat untuk menghafal kebiasaan kerusakan umum itu, tanpa ada dasar teknis yang mendukung, dan akibatnya teknisi ini sampai hafal nama komponen yang sering rusak itu.
    Sepak terjang teknisi tanpa ilmu inilah yang membuat citra teknisi menjadi menjadi tidak dihargai, sebab teknisi ini tidak menghargai ilmu dengan benar, bagaimana orang dapat menghargai teknisi dengan pantas

    ReplyDelete
  5. Aku sering sakit hati sama konsumen yg tidak pernah menggargai ilmu tehnix

    ReplyDelete